Liputan6.com, Jakarta - Strabismus, atau yang lebih dikenal sebagai mata juling, diperkirakan memengaruhi sekitar 1,93 persen dari populasi dunia, yang setara dengan 148 juta orang.
Meskipun masalah ini sering kali dianggap sebagai gangguan penglihatan, dampak yang ditimbulkan oleh mata juling jauh lebih besar dari sekadar terganggunya fungsi mata. Penyandang strabismus rentan mengalami tekanan mental yang mempengaruhi kualitas hidup mereka secara keseluruhan.
Masyarakat sering kali memandang penyandang mata juling sebagai individu yang 'berbeda', hanya karena posisi bola mata yang tidak sejajar. Stigma ini menciptakan prasangka dan kesalahpahaman, yang kemudian berujung pada perlakuan negatif terhadap mereka.
Dampak sosial ini tidak hanya membatasi interaksi mereka dengan orang lain, tapi juga menurun...