TEMPO.CO, Surabaya - Dekan Fakultas Ilmu Sosial dan Ilmu Politik (FISIP) Universitas Airlangga (Unair) Bagong Suyanto menjelaskan bahwa mengkritik sebaiknya menggunakan diksi sesuai koridor akademik. Bagong pun menjelaskan maksudnya.
Sebelumnya, Dekanat FISIP Unair sempat melakukan pembekuan terhadap BEM buntut karangan bunga satire. Alasan pembekuan dalam surat Dekanat FISIP dijelaskan bahwa penggunaan narasi dalam karangan bunga tidak sesuai dengan etika dan kultur akademik insan kampus.
Bagong pun membenarkan bahwa pihaknya memang keberatan dengan diksi yang dipilih oleh BEM FISIP Unair untuk membuat karangan bunga. Menurut dia, diksi yang dipilih menjurus pada ujaran kebencian.
“Bagi saya, diksi di karangan bunga itu sarkasme, bukan ...