Liputan6.com, Jakarta Pressing telah menjadi obsesi sepak bola modern, seolah menjadi syarat utama untuk jadi juara. Namun, final Liga Champions 2025 antara PSG dan Inter Milan menunjukkan arah berbeda: Kualitas teknis jadi penentu utama.
Kedua finalis memang mampu menekan lawan dengan intensitas tinggi, tapi justru kemampuan mereka dalam menguasai bola yang lebih mencolok. Final ini bukan sekadar adu stamina, tapi duel para gelandang jenius yang lebih suka mengontrol bola ketimbang mengejarnya.
Ketika pertandingan besar biasanya ditentukan oleh siapa yang paling agresif, laga ini berpotensi mengubah narasi. Kita tak lagi bicara siapa paling cepat merebut bola, tapi siapa paling pintar menggunakannya.